Teladan Para Sahabat

Rasulullah SAW ibarat bulan purnama, sedangkan para sahabatnya laksana bintang-bintang. ''Ashhabi kan-nujum,'' kata Nabi. Karena, para sahabat adalah pantulan atau cerminan dari sosok Nabi, baik dalam pola pikir maupun tindakannya.

Suatu kali Nabi bersabda, ''Segala yang kami, para nabi, miliki tidak bisa diwariskan. Semuanya harus disedekahkan kepada kaum Muslimin.'' Oleh karena itulah, tidak ada cerita yang menyatakan bahwa Rasul pernah menahan hartanya untuk dibelanjakan di jalan Allah. Nabi tidak mewariskan apa-apa bagi keluarganya, bahkan ketika menjelang wafat beliau masih punya utang kepada seorang Yahudi (yang kemudian dilunasi oleh ahli waris beliau).
Lantas, bagaimana figur sahabat-sahabat Nabi berkenaan dengan prinsip ini ? Tidak diragukan lagi, mereka sangat meneladani perilaku Nabi SAW sebegitu rupa. Misalnya Abu Bakar. Ketika Nabi menganjurkan para sahabatnya untuk bersedekah, Abu Bakar memberikan seluruh hartanya. Ketika Nabi bertanya, ''Apa yang akan engkau tinggalkan untuk anak-anakmu kelak ?'' Abu Bakar menjawab, ''Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Dia pasti akan membalasku dengan berlipat ganda.''

Ketika Abu Bakar menjadi khalifah dan segala kemewahan dunia menghinakan diri di depannya, dia tidak silau. Meski sebagai khalifah, Abu Bakar tak bersikap sombong. Dia mendapat julukan ''bapak orang berbaju robek'' karena sehari-hari memakai baju yang penuh tambalan. Ketika Umar menjabat sebagai khalifah, Persia dan Romawi telah ditaklukkan oleh tentara Islam. Akan tetapi, bagaimana kehidupan Umar sehari-hari? Menurut riwayat, saban hari Khalifah Umar sarapan roti kering dan minyak biasa. Pakaian Umar dipenuhi tambalan dan sebagian besar terbuat dari kain kasar.

Khalifah Utsman tidak jauh berbeda dengan pendahulunya. Beliau tak pernah enggan mendidik jiwanya dan memaksanya dengan pekerjaan-pekerjaan mahaberat. Konon, sering Utsman memikul kayu kering dari kebunnya. Orang-orang pun bertanya, ''Ya, Khalifah, mengapa engkau sedemikian menyiksa diri?'' Utsman menjawab, ''Aku ingin menguji diri, apakah sanggup menanggung kesulitan hidup.''

Diceritakan pula, ketika menjadi khalifah, Ali bin Abi Thalib pernah membeli sehelai kain seharga empat dirham dan sepotong baju seharga lima dirham. Setelah dicoba, ternyata lengan bajunya terlalu panjang. Khalifah Ali pun segera pergi ke tukang jahit. Dia meminjam gunting, kemudian memotong lengan yang kepanjangan itu dengan tangannya sendiri.

Demikianlah para sahabat utama Rasulullah SAW. Kekuasaan tak melenakan mereka. Jabatan bukanlah sarana untuk memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Menduduki jabatan publik, bagi mereka, bukanlah kesempatan untuk memperkaya diri. Jabatan adalah amanah rakyat, sehingga hal yang harus dikedepankan adalah mengabdi kepada rakyat; bukan sebaliknya: memikirkan diri sendiri. Naudzubillah.

0 comments: