Di sebuah rumah yang sepi, sseorang pemuda yang masih muda usianya duduk memandangi langit di luar jendelanya yang dihiasi bintang-bintang dan terkadang potret seorang gadis di depannya. Garis-garis dan warna-warna potret tersebut terpantul di wajahnya, mengungkapkan misteri-misteri dunia dan rahasia-rahasia kekekalan. Potret wajah wanita itu berbicara diam-diam kepadanya, menjadikan matanya telinga yang memahami bahasa roh yang melayang-layang di udara dalam kamarnya, mengarahkan seluruh keberadaannya pada hati yang cerah dengan kasih dan meluap dengan kerinduan.
Satu jam berlalu seperti itu seolah-olah itu adalah saat dalam mimpi menyenangkan atau satu tahun dalam kekekalan. Akhirnya sang pemuda meletakkan potret itu di depannya, mengambil pena dan kertas, dan menulis :
Kebenaran-kebenaran besar yang ada di atas alam tidaklah diteruskan dari satu manusian kepada manusia lainnya lewat ucapan manusia yang biasa. Melainkan, kebenaran-kebenaran besar itu memilih kesunyian sebagai jalan di antara jiwa-jiwa. Aku tahu sekali bahwa kesunyian malam ini bergegas di antara jiwa kita, membawakan pesan-pesan yang lebih tidak kentara daripada kata-kata yang ditulis angin spoi-spoi di musim semi di atas permukaan air. Kesunyian malam mengungkapkan kitab kedua hati kita kepada kedua hati kita. Tetapi sama seperti halnya Allah berkehendak untuk memenjarakan jiwa dan tubuh, adalah juga kehendak kasih untuk menjadikan aku tahanan kata-kata. Kata-kata mereka, kekasihku, bahwa kasih itu diubah di dalam hamba-hambanya menjadi api yang menghanguskan.
Telah kutemukan bahwa saat-saat berpisah ternyata tidak sanggup memisahkan esensi kedua roh kita, sama seperti halnya kutahu pada saat perjumpaaan kita yang pertama,bahwa jiwaku telah mengenal jiwamu sepanjang zaman,, sama seperti halnya kutahu bahwa pandangan pertamamu kepadamu sesungguhnya bukanlah pandangan pertama.
Saat itu mengikat kedua hati kita, yang terbuang dari dunia yang lebih tinggi. Saat itulah salah satu saat yang meneguhkan imanku bahwa jiwa itu telah ada sebelumnya dan kekal sifatnya. Di saat-saat sepeerti itulah alam menyingkapkan wajah keadilannya yang tak terhingga, tetapi menganggapnya sebagai tirani.
1 comments:
wah kata-kata nya bagus sob :)
Absen pagi