Kecantikan yang Luar Biasa

Kemanakah kamu hendak berjalan bersamaku, hei yang cantik luar biasa ? Sampai kapankah aku akan mengikutimu di atas jalan yang kasar, yang ada di antara tebing-tebing batu, yang penuh dengan duri-duri, yang kita daki dengan kaki kita menuju puncak ketinggian dan yang membawa kita turun ke dasar lembah yang terdalam ? Aku telah berpegang erat pada ujung pakaianmu dan berjalan di belakangmu seperti anak kecil yang berjalan di belakang ibunya, sambil melupakan mimipi yang terjadi padaku, berjalan berputar-putar menggapai keindahanmu, meghalau arak-arakan awan yang berterbangan di sekitar kepalaku dan tertarik oleh kekuatan yang bersembunyi dalam tubuhmu.
Berhentilah sejenak agar aku melihat keelokan wajahmu, tataplah aku lekat-lekat agar aku melihat dalam matamu itu rahasia-rahasia hatimu dan ku mengerti akan roman wajahmu yang menyiratkan ratapan- ratapan jiwamu.
Berhentilah sebentar hei yang memepesona,aku telah bosan berjalan dan jiwaku telah gemetaran karena kengerian-kengerian yang ada di jalan ini. berhentilah, kita telah sampai di penghujung jalan di mana kematian akan memeluk kehidupan, dan aku tidak akan menempuh jalan lain sampai jiwaku mengerti akan kehendak- kehendak jiwamu dan hatiku memahami isi lorong hatimu.
Dengarkanlah hei peri yang mem- pesona.Kemarin aku adalah burung yang bebas, aku berpindah-pindah di antara sungai-sungai dan aku berenang di angkasa dan di astas pucuk-pucuk ranting-ranting. Dan saat sore hari aku mengimpikan istana-istana dan haikal-haikal yang ada di kota awan warna-warni yang dibangun oleh ma- tahari saat senja hari dan merubuh- kannya sebelum terbenam.
Bahkan kemarin aku seperti ide, aku berjalan sendirian di belahan timur dan belahan barat bumi, ber- gembira dengan keindahan-keindahan hidup dan kenikmatan-kenikmatannya, menguraikan lipatan-lipatan wujud dan rahasia-rahasianya.
Bahkan kemarin aku seperti mimpi, aku meraya p di bawa h saya p malam dan aku masuk ke dalam bilik gadis-gadis perawan malalui celah-celah jendela lalu aku memain-main- kan perasaan mereka, kemudian aku berdiri di samping ranjang pemuda- pemuda lalu aku terbang-terbangkan hasrat-hasrat mereka, kemudian aku duduk di dekat balai-balai orang-orang tua renta dan aku buai-buai pikiran- pikiran mereka.
Dan hari ini, setelah aku bertemu denganmu hei peri yang mempesona, dan aku telah terkena racun yang melekat di kedua tanganmu, aku te lah menjadi seperti tawanan, kamu tarik ikatan-ikatanku ketempat yang aku tidak mengenalnya, bahkan menjadi seperti orang mabuk karena kebanyakan minum arak yang merampas kehendakku dan genggaman telapak tangan yang menyambar wajahku.
Tetapi, berhentilah hei peri yang mempesona sebentar saja, dan lihatlah kekuatanku yang telah pulih dan ikatan-ikatan yang ada padaku yang mengikat kedua kakiku telah terputus dan aku telah pecahkan gelas yang dari gelas itu aku telah meminum ra- cun yang kamu anggap baik. Lalu apa yang kamu mau untuk kami kerjakan dan di atas jalan mana yang kamu kehendaki untuk kami lalui ?
Telah aku tarik kembali kebe- basanku, karena itu apakah kalmu rela terhadapku sebagai teman yang merdeka, terban g berputar-puta r menuju wajah matahari dengan mem- bawa pelupuk-pelupuk mata yang beku da menggenggam api dengan jari-jari tanpa merasa gemetaran ?
Aku telah bentangkan sayapku yang kedua karena itu apakah kamu mau menamaniku menghabisakan waktu dengan terbang seperti burung nazar melintas di antara gunung-gunung dan melewatkan malam dengan mendekam seperti singa di padang rumput ?
Apakah kamu merasa puas dengan cinta seorang lelaki yang men- jadikan cinta sebagai teman dan apakah kamu merasa segan dengan cinta itu sebagai seorang tuan ?
Apakah kamu bisa menerima cin- tanya hati yang kehausan, yang tidak tunduk, yang menyala-nyala namun dia tidak mencair ?
Apakah kam u merasaka n ketenangan bersama keinginan-keinginan jiwa yang gemetaran di depan angin kencan g namu n dia tidak rubuh,dan terbang bersama angin puyuh namun dia tidak terpental dari tempatnya ?
Apakah kamu rela menganggap aku sebagai sahabat yang tidak menindas dan tidak pula ditindas ? Kalau begitu satukanlah kedua tanganku ini dengan kedua tanganmu yang indah itu, dan tubuh ini peluklah dengan kedua lenganmu yang lembut itu, dan mulutku ini ciumlah dengan ciuman panjang lagi dalam yang mengulum kalbu (Kh.Gibran)


0 comments: